UI Nihon Fair 2025 Tunjukkan Sisi Akademik Jepang yang Beda!
(Sumber: Instagram/ui.nihonfair)
Depok, 4 Oktober 2025 — Halo, Edufriend! Siapa disini yang nggak tahu Jepang? Pasti semua tahu dong, entah dari anime, manga, atau musiknya yang catchy. Tapi Jepang bukan cuma soal hiburan, lho. Ada banyak sisi budaya dan akademik yang menarik untuk dipelajari lebih dalam.
Tema “Senretsufukki”: Kembali ke Jalur Perjuangan Akademik
Tahun ini, UI Nihon Fair 2025 yang diselenggarakan oleh Program Studi Jepang FIB UI mengusung tema “Senretsufukki”, yang secara harfiah berarti ‘kembali ke jalur perang’. Meskipun terdengar tegas, tema ini sebenarnya menggambarkan semangat juang dalam bidang akademik dan pembelajaran bahasa Jepang. Seluruh rangkaian acara UI Nihon Fair 2025 diselenggarakan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, meliputi Auditorium Gedung 1 serta beberapa ruang kelas di Gedung 1 dan Gedung IX.
Menurut Project Officer, Yayi, konsep “perang” disini dimaknai sebagai dorongan untuk terus berjuang dalam menekuni bahasa dan budaya Jepang. “Kami ingin peserta, baik dari SMA maupun mahasiswa, memiliki semangat fight dalam belajar bahasa Jepang,” jelasnya.
Vice Project Officer, Faridj, menambahkan bahwa pemilihan tema ini juga menjadi simbol kebangkitan setelah acara terakhir diadakan pada tahun 2023. “Kami ingin membangkitkan kembali suasana semangat itu, tapi lewat jalur akademik,” ujarnya.
Melengkapi tema tersebut, tahun ini mereka juga membawa tagline “Unleash the New Chapter”. Harapannya, UI Nihon Fair dapat menjadi ajang yang membuka babak baru bagi para peserta, baik dalam pembelajaran maupun pengalaman berorganisasi.
Secara keseluruhan, tema dan tagline ini memperlihatkan keinginan panitia untuk menghadirkan acara yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga inspiratif, mendorong peserta untuk berani bertarung di medan ilmu, bukan di medan perang.
Filosofi Serangga di Balik Desain Maskot Riku dan Akiye
(Sumber: Dokumentasi)
Nah, untuk memperkuat tema “Senretsufukki”, panitia menghadirkan dua maskot utama yang menjadi ikon UI Nihon Fair 2025 — Riku dan Akiye.
Kedua karakter ini dirancang oleh Ray dan Sophie dari Nihong Gakui, yang terinspirasi dari dunia serangga dan filosofi ketangguhan. Riku digambarkan sebagai kumbang badak, simbol kekuatan, kerja keras, dan keteguhan pendirian. Sementara Akiye, yang berbentuk kunang-kunang, mewakili semangat pelajar yang bersinar dan tidak kalah ulet, tapi dengan pendekatan yang lebih lembut dan ceria.
Menurut Ray, ide awalnya datang dari tema tahun ini yang bernuansa “kembali ke jalur perang”. Ia ingin membuat karakter yang menggambarkan semangat pejuang seperti samurai. “Kumbang badak itu identik dengan sosok yang kuat dan tekun,” jelasnya.
Sementara Sophie menambahkan, “Aku pengen karakter yang berlawanan, tapi tetap seimbang. Karena kita ‘kembali dari perang ke jalur akademis’, aku bikin Akiye sebagai pelajar yang rajin, tapi punya cara sendiri untuk bersinar.”
Lewat Riku dan Akiye, Nihon UI Fair nggak cuma menampilkan sisi budaya Jepang, tapi juga nilai-nilai perjuangan dan semangat belajar yang relevan buat anak muda masa kini.
Perpaduan Akademik dan Budaya Jepang
(Sumber: Dokumentasi)
Selain tema dan maskot yang kuat secara konsep, UI Nihon Fair 2025 juga menghadirkan beragam kegiatan yang menggabungkan unsur akademik dan budaya Jepang. Menurut Diva dan Kania dari Divisi Humas, acara ini merupakan kompetisi tahunan yang diadakan oleh Program Studi Sastra Jepang Universitas Indonesia.
“Tahun ini, kami mengadakan berbagai lomba seperti Cerdas Cermat, Nihongo Shiken, Rodoku, Nihongo Class, dan juga Seminar NEM,” jelas Kania. Setiap lomba memiliki fokus berbeda. Rodoku, misalnya, merupakan kontes membaca teks berbahasa Jepang dengan intonasi dan ekspresi yang tepat, mirip seperti musikalisasi puisi dalam bahasa Indonesia. Sementara Nihongo Shiken menguji kemampuan peserta dalam bahasa Jepang tertulis, layaknya versi sederhana dari ujian JLPT (Japanese Language Proficiency Test).
Tak hanya itu, ada juga Seminar NEM yang membahas peluang beasiswa ke Jepang dan informasi akademik lain yang relevan bagi mahasiswa dan pelajar SMA. Kombinasi antara lomba dan seminar ini menunjukkan sisi akademik yang kuat dari acara tersebut.
Di luar kegiatan akademik, panitia juga menyediakan berbagai kegiatan santai seperti Yukata Photobooth dan bazar. Pengunjung bisa mencoba mengenakan yukata—pakaian tradisional Jepang—dan berfoto di area khusus. Bazar di sepanjang area Fakultas Ilmu Budaya juga menambah suasana ramai, menghadirkan berbagai makanan khas Indonesia dan Jepang.
Antusiasme Peserta dan Nuansa Hangat di Tengah Kompetisi
Meski tidak seluruh elemen visualnya menonjolkan suasana Jepang secara ekstrem, antusiasme peserta dan pengunjung tetap terasa sepanjang acara. UI Nihon Fair 2025 berhasil menyeimbangkan nuansa kompetitif akademik dengan sentuhan budaya yang hangat dan terbuka bagi siapa pun yang tertarik dengan Jepang.
Di balik keseruan dan ketatnya berbagai lomba, ada semangat besar yang diusung oleh panitia UI Nihon Fair 2025. Yayi selaku Project Officer menjelaskan bahwa acara ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga wadah untuk memperkenalkan sisi akademik Jepang kepada pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Ia menekankan bahwa melalui kegiatan ini, panitia ingin menyebarluaskan pengetahuan dan memperlihatkan bahwa belajar bahasa Jepang tidak sekadar soal anime atau budaya pop, melainkan juga memiliki nilai akademik dan semangat perjuangan di baliknya.
Sementara itu, Faridj sebagai Vice Project Officer menambahkan bahwa tema tahun ini, “Senretsuhuki”, yang secara literal berarti “kembali ke jalur perang”, dipilih bukan tanpa alasan. Tema tersebut menjadi simbol dari semangat juang untuk terus belajar dan berkompetisi di bidang bahasa maupun budaya Jepang. “Kita ingin anak-anak SMA dan mahasiswa punya semangat tatakai — berjuang lewat belajar bahasa Jepang dan mengenal budaya mereka,” ujarnya.
Beragam kegiatan dihadirkan dalam acara ini, mulai dari Nihongo Shiken (ujian kemampuan bahasa Jepang), Rodoku (lomba membaca nyaring), dan Cerdas Cermat seputar pengetahuan tentang Jepang, hingga Nihongo Class yang terbuka bagi pemula yang ingin mengenal dasar bahasa Jepang. Selain itu, terdapat Seminar NEM yang menghadirkan narasumber dari kalangan dosen dan alumni yang berpengalaman belajar di Jepang, memberikan wawasan tentang beasiswa dan kehidupan akademik di sana. Semua kegiatan ini dirancang agar peserta dapat belajar, menikmati, sekaligus memahami Jepang dari sisi yang lebih mendalam—tidak hanya dari pop culture-nya.
Harapan Nihon UI Fair 2025
Harapannya, melalui UI Nihon Fair 2025, peserta dapat melihat bahwa Jepang bukan sekadar negara dengan budaya populer yang menarik, tetapi juga memiliki nilai akademik yang dapat dijadikan inspirasi. “Kami ingin spread awareness bahwa Jepang itu nggak cuma pop culture. Belajar bahasa Jepang itu bisa fun, tapi juga bermakna,” tutup Yayi. Dengan semangat “Unleash the New Chapter”, acara ini menjadi simbol kebangkitan baru bagi para pelajar Indonesia untuk terus membuka babak baru dalam perjalanan akademik mereka.
Wah, Edufriend, seru banget ya UI Nihon Fair 2025! Acara ini benar-benar beda dari acara jejepangan pada umumnya — bukan cuma soal anime dan pop culture-nya aja, tapi juga penuh dengan nilai akademik serta semangat belajar yang nggak kalah inspiratif, dan dibarengi dengan perlombaan yang seru abis!
Sayang banget acaranya sudah berakhir, tapi kesan dan semangatnya masih terasa sampai sekarang! Jadi, siap-siap ya, Edufriend, buat ikut UI Nihon Fair di chapter berikutnya yang pastinya bakal lebih seru dan penuh kejutan di tahun depan!
Writer: Carlito Malik Uwina Abrar
Editor: Tim News Editor



