Kalau Thrifting Udah Bikin Lemari Penuh & Dompet Tipis, Saatnya Stop!

(Sumber: Pinterest)

Hai, Edufriend! Siapa di sini yang suka banget thrift shopping? Aktivitas mencari barang bekas yang masih layak pakai ini belakangan semakin populer, terutama karena tawaran harga yang rendah dan konsep yang ramah terhadap lingkungan. Tapi, pernah nggak sih kepikiran kalau kebiasaan ini dilakukan berlebihan, justru bisa memunculkan masalah baru? 

Dari Hemat Jadi Konsumtif?

Thrift shopping memang punya nilai positif. Tapi sayangnya, tren ini belakangan mulai bergeser jadi gaya hidup konsumtif tanpa kita sadari. Banyak orang membeli barang hanya karena murah atau takut kehabisan, tanpa benar-benar butuh. Banyak juga situasi dimana seseorang kerap membeli barang thrift pada tiap akhir pekan dengan alasan “karena harganya terjangkau”. Akibatnya, lemari dipenuhi barang-barang yang jarang digunakan. Padahal, tujuan awal thrift shopping adalah untuk memenuhi kebutuhan pakaian dengan cara yang lebih hemat dan berkelanjutan.

Kontribusi Fast Fashion di Balik Barang Bekas dan Risiko Kesehatan yang Sering Terabaikan

Masalah lain yang tidak banyak dibahas adalah industri fast fashion, yang merupakan penyebab utama limbah tekstil, yang juga memiliki peran signifikan dalam pasar barang bekas. Brand-brand fast fashion seringkali mengganti desainnya dalam waktu singkat, sehingga produk-produknya cepat dibuang. Hal ini akhirnya menyebabkan barang-barang tersebut memenuhi toko barang bekas dengan kualitas yang kurang baik, meski harganya terjangkau, barang tetap cepat rusak. Dengan demikian, siklus konsumerisme terus berlanjut. Lebih buruk lagi, banyak pakaian bekas yang dijual tidak melalui proses pencucian sebelumnya. Tidak ada yang mengetahui siapa yang memiliki barang tersebut sebelumnya, dalam keadaan seperti apa pakaian itu digunakan, atau apakah ada risiko terkait kesehatan kulit. Jika tidak berhati-hati, dapat menyebabkan iritasi, infeksi jamur, atau bahkan penularan penyakit kulit.

Alternatif Aman: Belanja Preloved

Makanya, daripada asal beli barang thrift, ada baiknya mulai pilih opsi yang lebih aman dan terkontrol, yaitu preloved. Belanja barang preloved itu sebenarnya lebih aman, lebih etis, dan bisa jadi alternatif seru buat dapetin barang bagus tanpa menambah limbah. Tapi tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan biar nggak jadi numpuk barang yang nggak penting. Yuk simak tipsnya!

Tips Cerdas Belanja Barang Bekas

1. Cari Tahu Riwayat Barangnya

Keuntungan beli preloved itu kamu bisa langsung tanya ke pemilik sebelumnya soal kondisi barang, berapa kali dipakai, kenapa dijual, dan perawatannya. Barang yang terawat biasanya jauh lebih awet dan minim risiko.

2. Utamakan Barang yang Masih Layak Pakai dan Higienis

Jangan tergoda harga murah kalau barangnya udah kusam, rusak, atau bau. Pilih preloved yang masih bersih, wangi, atau minimal udah dicuci rapi sama penjualnya. Kalau perlu, minta foto detail atau video call buat liat kondisinya.

3. Buat Daftar Barang yang Dibutuhkan 

Supaya nggak impulsif, tulis dulu apa aja barang yang lo cari. Jadi pas browsing preloved, lo bisa fokus dan nggak kalap beli barang lain yang ujung-ujungnya nggak dipakai.

4. Gunakan Platform atau Akun Preloved Terpercaya

Banyak akun preloved yang udah punya track record bagus. Biasanya mereka rutin update stok, kasih detail jujur, dan aktif jawab pertanyaan pembeli.

5. Selalu Cuci Lagi Sebelum Dipakai

Meskipun kelihatan bersih, tetap cuci dulu barang preloved sebelum kamu pakai. Supaya aman dari debu, kuman, atau sisa deterjen yang nggak cocok buat kulit.

Bukan berarti thrifting harus dihindari sepenuhnya. Edufriend tetap bisa thrifting kok, asal lebih bijak dan sadar diri. Sebelum membeli, coba tanyakan ke diri sendiri, “Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan?” atau “Apakah barang ini akan dipakai minimal 15 kali ke depan?” Kalau jawabannya iya, berarti layak dibeli. Kalau nggak, lebih baik tahan dulu.

Jadi, mulai sekarang yuk lebih mindful dalam belanja, baik di thrift store, online shop, maupun pusat perbelanjaan. Karena keputusan belanja yang bijak bukan soal harga, tapi soal kebutuhan dan dampaknya.

 

 

Writer: Talitha Zea Tamara

Editor: Tim News Director