Kelangkaan Gelandang Nomor 10 Murni di Era Sepak Bola Modern?

(Sumber: bolascore.com)

What’s up Edufriend, tentunya kalian akan selalu ingat sama legenda kayak Kaká, Maradona, atau Mesut Özil dengan sentuhan magical yang bisa menghipnotis kita dengan skill ajaib mereka di posisi nomor 10. Nah, sekarang coba deh lo perhatiin lagi, kok kayaknya makin susah ya nemuin pemain dengan tipe playmaker murni yang bener-bener mendominasi permainan dari posisi klasik itu?

Ternyata nggak cuma perasaan kita aja nih, Edufriend. Memang ada beberapa alasan kuat kenapa peran gelandang nomor 10 classic mulai “punah” di sepakbola modern ini. Penasaran? Yuk, kita bahas satu-satu alasannya!

Evolusi Taktik yang Bikin Ruang Gerak Makin Sempit

Edufriend, salah satu faktor utama yang bikin posisi nomor 10 klasik makin langka adalah evolusi taktik modern yang lebih menekankan pressing dan struktur pertahanan yang kompak. Sistem pressing dan struktur pertahanan kompak secara dramatis mengurangi ruang di mana playmaker bisa beroperasi dan bermain secara efektif.

Bayangin deh, dulu para maestro kayak Riquelme atau Kaká punya waktu dan ruang buat mikir, mengatur tempo, dan mengeluarkan umpan-umpan killer. Sekarang? Begitu pemain dapat bola, langsung ada 2-3 pemain lawan yang nyamperin dalam hitungan detik!

Contoh Nyata di Lapangan

Coba deh lo bandingin Manchester City sebelum dan sesudah era Guardiola. Dulu mereka punya David Silva sebagai playmaker klasik, tapi sekarang sistemnya lebih bergantung pada rotasi posisi antara Bernardo Silva dan phill foden yang bisa main di berbagai posisi.

Atau kita bisa liat Real Madrid, club yang dulu nya punya pemain kaya Kaká dan kemudian Guti sebagai nomor 10 false. Sekarang mereka main dengan sistem yang lebih kolektif tanpa satu playmaker dominan.

Yang menarik lagi, banyak playmaker sekarang yang bergeser ke posisi sayap atau malah jadi false 9. Fenomena ini terlihat jelas pada pemain seperti Mesut Özil, yang meski punya bakat luar biasa di atas bola, kecepatannya dan work rate-nya membuatnya sulit diandalkan sebagai gelandang sayap.

Sekarang, lo bisa lihat pemain kayak Kevin De Bruyne atau Bruno Fernandes, dimana mereka punya kemampuan playmaking yang ciamik, tapi peran mereka lebih fleksibel dan nggak terpaku di satu zona tengah lapangan aja.

Masa Depan Posisi Nomor 10

Tenang aja, Edufriend! Masa depan nomor 10 klasik nggak akan benar-benar hilang pada dunia sepak bola modern. Kenapa? Karena masih ada beberapa pemain yang mempertahankan gaya bermain tradisional ini, meski mereka harus beradaptasi dengan tuntutan modern. Karena trend yang terjadi pada dunia sepak bola benar-benar adaptif dan selalu berubah seiring berjalannya waktu.

Contohnya, Luka Modrić yang menggabungkan elemen nomor 10 klasik dengan gelandang tengah modern. Atau Martin Ødegaard yang masih bisa main sebagai trequartista klasik tapi dengan mobilitas yang lebih tinggi.

Yang pasti, sepakbola terus berevolusi, Edufriend. Mungkin aja nanti akan ada inovasi taktik baru yang bikin posisi nomor 10 klasik bisa relevan lagi. Atau malah muncul hybrid baru yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Satu hal yang jelas, kreativitas dan visi permainan tetap jadi aspek penting dalam sepakbola. Cuma caranya aja yang berubah dan sekarang lebih tersebar di seluruh tim, bukan lagi terpusat pada satu pemain ajaib di belakang striker.

Yang terpenting, kita tetap apresiasi dan selalu antusias terhadap evolusi gaya permainan sepak bola pada era modern ini, sebagai bagian dari keindahan sepakbola yang selalu dinamis dan nggak pernah bosan buat diikuti perkembangannya!

Gimana menurut lo, Edufriend? Bakal kangen nggak sih sama era ketika ada satu pemain yang bisa mengubah jalannya pertandingan hanya dengan satu sentuhan ajaib? Kira-kira lo tertarik nggak nih buat nunggu pemain dengan gaya ini?

 

 

Writer: Faiq Alwi Effendi

Editor: Tim News Director